Semarang - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia menggelar Rapat Evaluasi Nasional (REN) Tahun 2025 di Kantor Balai Besar POM (BBPOM) Semarang pada 3-4 Desember 2025. Pertemuan tahunan yang mengusung tema "Membumi dalam Langkah, Mengakar dalam Nilai, Menjulang dalam Tujuan: Memperkuat Evaluasi, Mengakselerasi Kinerja, Menuju Pengawasan Obat dan Makanan yang Adaptif dan Terintegrasi" ini dihadiri oleh seluruh pimpinan unit kerja pusat dan unit pelaksana teknis di seluruh Indonesia. Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam sambutannya menekankan pentingnya evaluasi kinerja untuk merefleksikan capaian setahun, mengambil pembelajaran, dan merancang langkah perbaikan yang nyata dan terukur untuk tahun berikutnya.
REN tahun ini memiliki nuansa khusus karena menjadi evaluasi terhadap pelaksanaan tahun pertama Rencana Strategis (Renstra) BPOM 2025-2029. Evaluasi ini merupakan bagian krusial dari siklus perbaikan berkelanjutan dalam perencanaan, penganggaran, dan implementasi program tahunan. Taruna Ikrar mengingatkan bahwa tantangan pengawasan obat dan makanan ke depan akan semakin besar, sehingga BPOM dituntut untuk menghadirkan sistem pengawasan dan layanan publik yang lebih adaptif, responsif, efektif, dan terintegrasi.
Salah satu fokus strategis yang mengemuka adalah kesiapan BPOM dalam mendukung program prioritas pemerintah. Tahun 2026, BPOM mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp700 miliar untuk berkontribusi pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Oleh karena itu, perencanaan kerja tahun depan harus disusun dengan lebih tajam, jelas, dan efisien untuk memastikan pemanfaatan anggaran yang optimal dan terukur. Pada tahun 2025, BPOM telah melatih 32.018 personil Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang bertugas di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), sebagai upaya memastikan pangan yang diproduksi aman dan bergizi.
Di tengah seriusnya agenda evaluasi, Kepala BPOM Taruna Ikrar membagikan kabar baik yang membanggakan. Ia mengumumkan bahwa BPOM Republik Indonesia secara resmi telah diterima sebagai WHO Listed Authority (WLA). Pencapaian ini menandakan pengakuan internasional terhadap kredibilitas dan kapasitas pengawasan obat dan makanan Indonesia, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang pertama yang masuk dalam daftar bergengsi tersebut. Capaian ini merupakan hasil dari perjuangan dan kerja keras kolektif jajaran BPOM selama bertahun-tahun.
Selain membahas capaian dan tantangan strategis, REN 2025 juga diisi dengan diskusi kelompok untuk membedah isu-isu aktual di lapangan. Pembahasan mencakup topik resistansi antimikroba, pengawasan kosmetik, penanganan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat, serta strategi pendukung program MBG. Diskusi ini penting untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang kontekstual dan solutif.
Kepala BPOM Taruna Ikrar menutup rangkaian acara dengan mengajak seluruh insan BPOM untuk terus menjaga semangat kebersamaan dan kolaborasi. Dengan mengutip pesan Henry Ford, ia menegaskan bahwa berkumpul bersama adalah sebuah awal, menjaga kebersamaan adalah kemajuan, dan bekerja bersama adalah kesuksesan. Komitmen untuk berpikir lebih strategis, bergerak lebih cepat dan tepat, serta berkolaborasi lebih kuat dinilai sebagai kunci untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
Rapat Evaluasi Nasional 2025 tidak hanya menjadi momentum refleksi, tetapi juga titik tolak akselerasi kinerja BPOM. Dengan fondasi evaluasi yang kuat, pengakuan internasional yang baru diraih, dan kesiapan mendukung program nasional, BPOM bertekad untuk terus mengawal keamanan pangan dan obat bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan cara yang lebih adaptif dan terintegrasi.